Pulau Halmahera adalah pulau terbesar di
Maluku. Bentuk pulaunya mirip huruf K nampak juga seperti miniatur
Sulawesi. Dengan pantai berpasir putih, hutan yang masih alami dan
Gunung Mamuya yang spektakuler adalah tawaran menakjubkan di tempat
indah ini. Pulau Halmahera ditambari pegunungan dan pulau-pulau yang
masih ditutup hutan.
Pulau besar ini mencakup area lebih dari
17.000 km2, dan masih jarang penduduknya. Pulau ini merupakan pusat
dari suatu wilayah lebih besar, yang disebut Moro, meliputi pulau dan
garis pantai Halmahera, dan yang paling dekat dengan Morotai di bagian
utara. Pulau Halmahera sendiri dibagi menjadi 5 kabupaten, yaitu:
Kabupaten Halmahera Timur, Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten
Halmahera Barat, Kabupaten Halmahera Utara, dan Kabupaten Halmahera
Tengah.
Halmahera memiliki peran penting selama
Perang Dunia II. Di sinilah Amerika dan Sekutu menguasai Filipina dan
Kepulauan Pasifik Selatan. Jenderal Amerika McArthur sempat tinggal di
sebuah pulau dekat Daruba dan merencanakan serangan udara terhadap
Jepang. The Amerika Daruba Airlfield memiliki tujuh landasan
pacu dan masih terlihat sampai saat ini. Sejumlah besar bahan peledak,
amunisi dan senjata masih ditemukan di perairan dangkal pulau ini.
Di
selatan Morotai, tepatnya di teluk Tobello terdapat beberapa sisa-sisa
Perang Dunia II. Sebagin besar lokasi di pulau ini memiliki medan alam
yang sulit, jadi Anda harus datang ke sini dengan semangat
berpetualangan. Wilayah unchartered di sini menciptakan sebuah
suasana "Robinson Crusoe", karena sama sekali tidak ada tanda-tanda
kehidupan di pulau-pulau karang yang indah dan di hutan yang masih
alami.
Kegiatan yang paling populer di
Halmaherai adalah menjelajahi perairan yang indah. Berselancar di pantai
Dorume, terkenal dengan ombaknya yang besar, terutama pada bulan
Desember, yang merupakan waktu terbaik untuk berselancar. Selain
ombaknya yang besar, daya tarik lainya di sini adalah pasir pantainya
indah, berkilauan di bawah sinar matahari karena mengandung butir logam.
Nikmati pemandangan di Talaga Biru yang
damai, telaga ini adalah kolam alami berukuran kecil dengan air sebening
kristal, yang terletak di dekat desa Mamuya di kecamatan Galela.
Menurut legenda setempat, para peri akan turun dari surga untuk mandi di
sini. Menariknya, setiap daun pohon-pohon sekitarnya yang jatuh ke
dalam kolam selalu hanyut ke pantai, meninggalkan air yang jernih.
Pulau Dodola dikelilingi oleh pantai
berpasir putih yang luas, yang sebenarnya menghubungkan pulau-pulau
tetangganya seperti Dodola Besar dan Dodola Kecil. Dengan dikelilingi
alam yang indah dan air jernih membuat tempat ini cocok untuk berenang,
menyelam, snorkeling, atau sekedar bersantai. Dodola juga masuk
dalam sejarah. Selama Perang Dunia II, Jenderal Mc Arthur dan
pasukannya sering berkunjung ke sini untuk rekreasi.
Pantai Kupakupa sangat ideal untuk bermain kano, berenang dan memancing.
Batu Kopi terletak di Posiposi-Rao
Pantai di barat daya Morotai. Namanya berasal dari cerita rakyat
setempat yang menyatakan bahwa aroma kopi yang ada di tempat tersebut
berasal dari batu yang ada di tempat tersebut. Biasanya aroma ini terasa
menjelang sore hari. Di sini Anda bisa berenang, berselancar, menyelam,
dan naik perahu. Bagi mereka yang tertarik berselancar, November dan
Desember adalah bulan-bulan yang ideal untuk berkunjung.
Pulau
Kakara memiliki Hibualamo tertua (rumah besar atau balai desa) di
sekitar Tobelo, dan dianggap sebagai tempat lahirnya kebudayaan
Tobelorese.
Kunjungan ke Terowongan Jepang pada
Perang Dunia II Jepang, akan mengajak Anda kembali ke sejarah. Terletak
di dua desa yaitu desa Samuda dan Duma Kecamatan Galela Barat,
terowongan ini merupakan tempat persembunyian Militer Jepang pada Perang
Dunia II. Terowongan yang ada di desa Samuda panjangnya 20 meter dan
memiliki beberapa kamar yang diduga digunakan sebagai ruang pertemuan.
Kunjungi bunker Kao untuk
menyaksikan meriam Jepang dan belajar tentang pendudukan Jepang di Kao
selama Perang Dunia II. Ada banyak peninggalan perang di sekitar kota
ini, terutama di sekitar bandara Kuabang. Di sini terdapat beberapa
bunker dan empat meriam, yang masih dalam kondisi baik. Bunker terbesar,
dengan dua gedung dan koridor yang panjangnya 15 meter, dapat ditemukan
di dekat landasan. Landasan itu sendiri dibangun oleh militer Jepang,
dan sekarang menjadi salah satu fasilitas bandara yang paling penting di
Halmahera Utara.
Untuk kombinasi wisata alam dan sejarah,
kunjungi pantai Sosol, Pantai ini memiliki pasir hitam dan ombak yang
sedang, menjadikan tempat yang cocok untuk bersantai dan berenang.
Sementara Anda di sini, sempatkan diri Anda melihat bangkai kapal
Tosimaru, kapal kargo jepang pada Perang Dunia II.
Gunung Dukono
yang mengagumkan merupakan salah satu dari tiga gunung berapi teraktif
di Pulau Halmahera dan salah satu yang paling aktif di Indonesia. Uji
nyali Anda dengan mendaki gunung yang masih mengelurkan asap ini.
Pendakian ke atas gunung biasanya dimulai dari desa Mamuya. Di sana Anda
akan menemukan sebuah pos gunung berapi, yang dapat memberikan
informasi terkini tentang kondisi gunung berapi, menggunakan sepeda
motor ke lereng gunung juga memungkinkan.
Dari
sana, Anda harus berjalan sekitar 2 jam melalui hutan dan melintasi
beberapa jurang sampai akhirnya mencapai kawah lahar di sekitar kawah
Dukono. Di sini Anda akan menemukan tempat berkemah bagi mereka yang
ingin bermalam di Gunung Dukono. Dari tempat berkemah, lokasi kawah
hanya satu jam ditempuh dengan berjalan kaki.
Menyelam di
perairan yang masih murni di antara ikan-ikan tropis adalah pengalaman
yang luar biasa. Beberapa tempat menyelam yang paling populer adalah:
Teluk
Somola Anda akan menemukan pulau-pulau kecil, yang menawarkan air laut
yang biru dan gerombolan pohon bakau. Di daerah ini, wisatawan dapat
bermain kano sambil menikmati pemandangan Teluk Somola yang indah.
Daerah ini dapat dicapai dengan kapal dari Pantai Pune, Kecamatan
Galela.
Pulau Tagalaya adalah salah satu pulau
yang terletak di depan Kota Tobelo. Airnya tenang dan jernih, dan pantai
berpasir putih mengelilingi pulau ini. Terumbu karang di sini kaya akan
kehidupan lautnya dapat ditemukan pada kedalaman 2-10 meter di lepas
pantai Tagalaya. Pohon bakau berdiri kokoh di pasir putih dan
dikelilingi oleh karang, membuat kegiatan menyelam di sini menjadi
pengalaman yang unik. Anda juga dapat menyaksikan penduduk yang sedang
menunggu pancing mereka dimakan ikan.
Taman Laut Tobotobo terletak di desa
Toboto, Kecamatan Loloda dan merupakan tempat yang ideal untuk
snorkeling atau menyelam. Tobotobo juga memiliki ribuan kelelawar yang
bergelantungan di pohon bakau dan juga menjadi tempat mandi burung
merpati putih dan biru.
Pulau Rorangane adalah salah satu pulau
berpenghuni di Halmahera Utara, terletak hanya 15 menit dari pelabuhan
Tobelo. Serupa dengan Tagalaya, pantai di pulau ini memiliki air yang
tenang dan jernih. Pantai pasir putih mengelilingi seluruh pulau ini.
Selain menawarkan tempat berenang yang baik, terumbu karang pada
kedalaman 10-30 meter juga menjadi lokasi yang ideal untuk menyelam.
Ternate dan Tidore: Bermulanya Halaman Sejarah Kolonialisme
Pulau-pulau
di gugusan Maluku bagian utara adalah sumber cengkeh dunia yang
melegenda. Pedagang India, Arab, Cina dan Jawa sering berkunjung ke T
ernate, Tidore, dan Banda yang
menjadi sumber rempah-rempah dunia. Mereka pulang membawa komoditi
berharga itu ke negara asal untuk dijual dengan harga tinggi. Cengkeh,
bersama-sama dengan pala dan fuli itu begitu berharga sebanding dengan
emas kerena digunakan sebagai bumbu makanan dan untuk mengawetkan
makanan atau sebagai bahan obat-obatan.
Setelah Perang Salib, rute perdagangan
ke Timur ditutup Kesultanan Otoman bagi pedagang Eropa sehingga
Portugis, Spanyol, Inggris, dan Belanda bertekad untuk menemukan sendiri
kepulauan yang menjadi sumber rempah-rempah itu.
Vasco
da Gama adalah orang pertama yang berlayar ke Tanjung Harapan di Afrika
untuk mencapai India. Kemudian, dari India, Portugis akhirnya menemukan
rute ke Maluku pada tahun 1521, dan tiba di kepulauan rempah-rempah
dimaksud, yaitu: Ternate, Tidore, dan Banda. Untuk sampai di sana,
pelaut Portugis berlayar sejauh 14.000 kilometer - hampir 9.000 mil -
menyebrangi laut yang belum terpetakan, menghadapi badai, ombak tinggi
dan angin muson tropis.
Saat kedatangan pedagang Eropa itu,
sudah ada kesultanan yang berkembang di Ternate dan Tidore sehingga
persaingan perdangan dan upaya monopoli pun terjadi. Pedagang Spanyol,
Belanda dan Inggris pun tergiur membentuk armada perang untuk memonopoli
perdagangan rempah-rempah hingga akhirnya dimenangkan oleh Belanda.
Menjelang akhir abad ke-16, Gubernur
Jendral Belanda Jan Pieterszoon Coen menanam cengkeh di Ambon dan
menghancurkan semua tanaman cengkeh di Ternate dan Tidore secara brutal.
Tindakan ini dikenal sebagai ekspedisi hongi dan langsung
dilawan oleh Kesultanan Ternate dan Tidore. Berikutnya perlawanan
Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore melawan kolonialis pun tercatat
dalam banyak halaman sejarah.
Ternate dan Tidore adalah dua pulau
kecil yang hampir sama besarnya. Berlokasi di sebelah barat pulau utama,
yaitu Halmahera. Kedua pulau ini saling berhadapan satu sama lain dan
dipancang oleh gunung api yang muncul dari Laut Maluku yang dalam.
Pulau Ternate sendiri memiliki luas
sekira 1.118 km persegi dan sejatinya adalah bagian dari tubuh Gunung
Gamalama yang kakinya terbenam di bawah laut. Ketinggian Gunung Gamalama
bila diukur dari permukaan laut hanya 1.715 meter namun jika diukur
dari dasar laut mencapai 3.000 meter. Kota Ternate menjadi rumah bagi
dua pertiga dari penduduk pulau yang mayoritas Muslim. Di sini, Anda
dapat mengunjungi banyak peninggalan sejarah dan menyaksikan tradisi
budaya lokal yang luar biasa. Kota ini juga merupakan pusat perdagangan
pulau dengan fasilitas pendukung bisnis, jaringan transportasi, dan
pariwisata.
Gunung api di pulau Ternate memberikan
tanah subur dan pantai dengan pasir hitam yang berkilauan. Anda akan
melihat seluruh pulau dihiasi oleh perahu berwarna-warni dalam berbagai
ukuran berbaring di air dangkal berbatu virus dan terlindung oleh pohon
kelapa yang menari-nari terkibas angin sejuk.
Apabila Ternate adalah kota pulau yang
diperlengkapi dengan denyut aktivitas pemerintahan dan niaga maka
berbeda pada kota pulau kembarannya, Tidore. Pulau ini lebih besar dari
Ternate namun kontras karena masih terbilang sepi tetapi begitu tentram.
Di sini akan Anda temui banyak masjid di sepanjang jalannya. Hampir
selang beberapa ratus meter bahkan puluhan meter akan didapati masjid
atau musala. Mayarakat Tidore terkenal kuat menjalankan ajaran Islam dan
ramah pada pengunjung.
Meskipun hanya memiliki luas 15 km2, Pulau Ternate memiliki sejumlah pemandangan dan pengalaman yang patut untuk dijelajah.
Mendaki puncak gunung berapi. Untuk
setiap pengunjung yang datang ke pulau Ternate, mengunjungi Gunung
Gamalama adalah keharusan. Wisata ke gunung tersedia dan menawarkan cara
yang aman untuk menjelajah gunung berapi. Seorang pemandu lokal akan
mengantar Anda melalui perjalanan selama 5 jam ke puncak gunung, 1.271
meter di atas permukaan laut.
Pelajari tentang kehidupan bangsawan
Ternate dengan mengunjungi Istana Kedaton atau Sultan. Dibangun pada
tahun 1796, sebagaian masih berfungsi sebagai rumah tinggal. Ada bagian
bangunan khusus Kedaton yang berfungsi sebagai museum, di mana adik
Sultan menyediakan informasi tentang Ternate dan tempat-tempat terkait
dalam bahasa Inggris yang sangat baik bagi para pengunjung. Jika Anda
telah berencana dan memperoleh izin dari Sultan, Anda dapat melihat
mahkota Sultan yang hanya dikenakan pada penobatan. Legenda mengatakan
bahwa mahkota memiliki 'rambut tumbuh', yang harus dipangkas sacara
teratur. Orang-orang percaya dengan memamerkan mahkota di sekitar pulau
dapat mencegah bencana, dan telah mencegah Gunung Gamalama meletus di
masa lalu.
Masjid Sultan juga merupakan tempat yang
menarik untuk dikunjungi. Sempatkan diri Anda untuk mengagumi interior
kayu di tempat ini.
Hiburan lainnya di Ternate termasuk
Benteng Oranye yang pernah menjadi kantor Hindia Belanda (VOC) dan juga
sebagai tempat tinggal bagi gubernur Belanda di Ternate.
Berjalan
di sekitar benteng Tolukko kuno. Dibangun tahun 1512 oleh Portugis,
benteng yang pertama kali dibangun di Ternate. Benteng Kayu Merah juga
layak untuk dikunjungi karena pemandangannya yang menakjubkan.
Saumlaki: Pintu Gerbang Menuju Kepulauan Tanimbar
Di
suatu tempat di perairan timur Indonesia, antara Pulau Aru dan
Kepulauan Kei di bagian timur, serta Pulau Timor di sebelah baratnya,
berdirilah sebuah kepulauan nan indah bernama Tanimbar. Kepulauan ini
terdiri dari 65 pulau-pulau kecil sebagai bagian dari provinsi Maluku.
Beberapa pulau yang dikenal adalah Fordate, Larat, Molu, Maru, Wotap,
Wuliaru, Selu, Sera, Selaru, dan yang terbesar adalah Yamdena.
Berlayar dari Darwin, Australia menuju Laut Banda dengan Bandaneira atau Ambon
sebagai tujuannya maka Saumlaki di Pulau Yamdena yang berhutan lebat
adalah perhentian pertama yang sanggup menyegarkan pikiran dan perasaan
Anda. Saumlaki dikenal sebagai kota terbesar di Tanimbar yang berkembang
dengan pengaruh kental Misionaris Kristen sejak tahun 1629.
Letak Saumlaki berada di Pulau Yamdena
yang merupakan bagian dari Kepulauan Tanimbar. Kota ini adalah ibu kota
Kabupaten Maluku Tenggara Barat setelah pemekaran tahun 1999. Mayoritas
penduduknya tinggal di daerah pantai dengan daratan kapur dan karang.
Pelabuhan Saumlaki terletak di pantai
selatan Yamdena. Di bagian barat pulau ini masih berawa dan sedikit
berbukit di bagian timurnya. Tempat tinggal penduduk di pesisir
pantainya begitu terlihat damai, menara gereja muncul di antara
pepohonan rimbun yang gagah menghadap kota. Dua pertiga dari penduduk
Tanimbarese adalah pemeluk agama Katolik dan Kristen. Sisanya adalah
Islam, Budha, dan aliran kepercayaan animisme.
Pelancong masa lalu mengatakan bahwa
penduduk setempat kurang ramah dibandingkan dengan penduduk di Maluku.
Sebagai daerah yang hampir terisolasi di Maluku, Tanimbar masih
memaksakan diri untuk memperbaiki keterbatasan fasilitas layanan umum.
Kota Saumlaki sendiri dibangun di sekitar jalan utama dengan gaya ruko
Cina yang tidak biasa.
Meskipun atraksi di sekitar pulau-pulau
kurang populer namun petualang mungkin dapat menemukan jejak historis
dan berinteksi akrab dengan penduduknya.
Pulau Pombo: Pulau Kecil di Maluku dengan Sejuta Keindahan
Ketika
tiba dengan speedboat mungkin yang Anda lihat hanya pepohonan di
pesisir pantai dan hamparan pasir putih yang mengelilingi pulau seluas 2
atau 3 ha tersebut. Akan tetapi, jangan terkecoh dengan ukurannya,
karena apa yang ada di bawah laut sekitarnya begitu mencengangkan
sekaligus membuat Anda takjub. Menyelamlah hingga ke dasar perairannya
untuk menikmati kekayaan dan keindahan biota laut yang telah membius
para penyelam itu.
Maluku memang sangat beruntung dianugerahi deretan pulau nan indah memesona. Layak kiranya apabila Maluku dijuluki sebagai ‘Provinsi Seribu Pulau’. Salah satu pulau yang indah untuk disambangi di sini adalah Pulau Pombo. Lokasinya sekitar 20 menit dari Kota Ambon, Ibu Kota Provinsi Maluku.
Secara
geografis Pulau Pombo berada di tengah-tengah Pulau Ambon dan Pulau
Haruku. Sementara secara administratif seluruh kawasan di Pulau Pombo
masuk ke dalam wilayah Kecamatan Salahhutu, Kabupaten Maluku Tengah.
Menurut penduduk setempat kata ‘pombo’ berasal dari bahasa Portugis yang berarti ‘merpati’.
Oleh karena itu, Pulau Pombo dikenal juga dengan nama Pulau Merpati. Di
daratan Pulau Pombo tidak ada terdapat perumahan penduduk dengan kata
lain pulau ini tidak berpenghuni.
Pulau Pombo menyuguhkan wisata bawah
laut yang menakjubkan sekaligus menjadi cagar alam mini. Di sini
tersimpan kekayaan biota laut dan keindahannya yang menjadi modal untuk
menarik wisatawan terutama penyelam dari seluruh penjuru dunia.
Sumber daya alam laut Pulau Pombo telah
berperan penting bagi keberlangsungan alam Provinsi Maluku Tengah.
Selain itu, kawasan ini juga telah dijadikan lokasi penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan budidaya alam bawah laut.
Kawasan laut Pulau Pombo berupa atol dan
rangkaian batu karang besar dan kecil, air lautnya yang jernih sangat
memungkinkan Anda untuk melihat pemandangan dasar lautnya. Ketika musim
air laut surut tiba, bebatuan karang yang sebelumnya bersembunyi di
dasar laut akan muncul ke pemukaan membentuk sebuah pemandangan memesona
sekaligus langka.
Ketika menyelam ke dasar perairan Pulau
Pombo maka Anda akan menyaksikan kekayaan biota lautnya, mulai dari
berbagai jenis ikan, kerang, rumput laut, hingga terumbu karang beragam
bentuk yang unik. Jenis ikan yang bisa ditemukan di sini antara lain:
ikan puri (Stolephorus sp.), momar (Decapterus sp.), komu (Auxis thzard), lema (Rastreliger kanagurta), jenis-jenis lolasi (caesionidae) serta moluska seperti kima (Tridacnidae), bia jalang (Strombus luhuanus), lola (Trochus niloticus), bia kambing (Lambis sp.), bia gengge (Nautilus pompilius), japing-japing (Pinctada margaritifera), dan jenis lain dari Cypreanidae, Strombidae, dan Connidae. Di sini juga terdapat moluska seperti kima (Tridacnidae), lola (Trochus niloticus), bia gengge (Nautilus pompilius), dan triton trompet (Charonnia tritonis). Semua moluska tersebut sudah berada dalam lindungan pemerintah (SK. Menhut No. 12/Kpts-II/).
Di darat pulau ini terpampang keindahan
yang memesona. Daratan Pulau Pombo merupakan tempat singgah dan
sarangnya hewan endemik Maluku yaitu burung Pombo (Ducula bicolor) dan berbagai jenis burung lainnya.